twitter SMAN 4 Lahat


LANDASAN SOSIAL BUDAYA


            Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari.  Setiap kegiatan manusia hampir tidak pernah lepas dari unsur sosial budaya. Sebab sebagian terbesar dari kegiatan manusia dilakukan secara kelompok. Sosial mengacu kepada hubungan antar individu, antarmasyarakat, dan individu dengan masyarakat. Unsur sosial ini merupakan aspek individu secara alami, artinya aspek itu telah ada sejak manusia dilahirkan. Karena itu, aspek sosial melekat pada diri individu yang perlu dikembangkan dalam perjalanan hidup peserta didik agar menjadi matang. Disamping tugas pendidikan mengembangkan aspek sosial, aspek itu sendiri sangat berperan dalam membantu anak dalam upaya mengembangkan dirinya. Maka segi sosial ini perlu diperhatikan dalam proses pendidikan.
            Bagaimana dengan aspek budaya? Saman halnya dengan sosial, aspek budaya inipun sangat berperan dalam proses pendidikan. Malah dapat dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya. Materi yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya, begitupula kegiatan-kegiatan mereka dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya. Dengan demikian  budaya tidak pernah lepas dari proses pendidikan itu sendiri.

A. Sosiologi dan Pendidikan

            Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Jadi, sosiologi mempelajari bagaimana manusia itu berhubungan satu dengan yang lain dalam kelompoknya dan bagaimana susunan unit-unit masyarakat atau sosial di suatu wilayah serta kaitannya satu dengan yang lain.

Sosiologi mempunyai ciri-ciri:
1. Empiris
2. Teoretis
3. Komulatif
4. Nonetis

Sosiologi pendidikan meliputi:
1. Interaksi guru-siswa
2. Dinamika kelompok di kelas dan di organisasi intra sekolah
3. Struktur dan fungsi sistem pendidikan
4. Sistem-sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan

Interaksi dan proses sosial didasari oleh faktor-faktor berikut:
1. Imitasi
2. Sugesti
3. Identifikasi
4. Simpati

            Dalam proses sosial terdapat interaksi sosial, yaitu suatu hubungan sosial yang dinamis. Interaksi sosial akan terjadi apabila memenuhi dua syarat sebagai berikut:
1. Kontak sosial
2. Komunikasi
Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu:
1. Kontak antar individu
2. Kontak antar individu dan kelompok atau sebaliknya
3. Kontak antar kelompok

            Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain atau sekelompok orang. Ada sejumlah alat yang dapat dipakai mengadakan komunikasi. Alat-alat yang dimaksud adalah:
1.  Melalui pembicaraan, dengan segala macam nada seperti berbisik-bisik, halus, kasar, dan keras bergantung kepada tujuan pembicaraan dan sifat orang yang berbicara.
2.   Melalui mimik, seperti raut muka, pandangan, dan sikap
3. dengan lambang, contohnya ialah bicara isyarat untuk orang tuna rungu, menempelkan telunjuk di depan mulut, menggelengkan kepala, menganggukkan kepala, membentuk huruf O dengan jari tangan, dan sebagainya
4.   Dengan alat-alat, yaitu alat-alat elektronik, seperti radio, televisi, dan sejumlah media cetak seperti buku, majalah, surat kabar, brosur dan sebagainya.

Bentuk-bentuk interaksi sosial:
1. Kerja sama, misalnya kerjasama dalam kelompok belajar pada anak-anak, kerjasama antar guru-guru, guru-guru dengan para orangtua siswa, dan sebagainya.
2. Akomodasi, ialah usaha untuk meredakan pertentangan, mencari kestabilan, serta kondisi berimbang diantara para anggota.
3. Asimilasi atau akulturasi, ialah usaha mengurangi perbedaan pandapat antar anggota serta usaha meningkatkan persatuan pikiran, sikap, dan tindakan dengan memperhatikan tujuan-tujuan bersama.
      Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya akulturasi, yaitu:
      a. Toleransi
      b. Menghargai kebudayaan orang lain
      c. Sikap terbuka
      d. Demokrasi dalam banyak hal
      e. Ada kepentingan yang sama
4. Persaingan, sebagai bentuk interaksi sosial yang negatif
5. Pertikaian, adalah proses sosial yang menunjukkan pertentangan atau konflik satu dengan yang lain
     
                  Dalam sosiologi, perilaku manusia bertalian dengan nilai-nilai. Sosiologi berpandangan bahwa perilaku itu tidak bebas, melainkan mengikuti pola yang kontinu dan pola itu yang sebagai pengatur perilaku adalah nilai-nilai yang ada di masyarakat. Jadi, setiap orang sadar atau tidak sadar dalam berperilaku ditentukan oleh nilai-nilai yang dianutnya atau yang dianut oleh kelompoknya.
Ada 4 sumber nilai, yaitu:
1. Norma-norma, yang mencakup:
            a. Norma-norma umum yang berlaku di masyarakat
b. Folkways, yaitu norma-norma yang berisi kebiasaan, adat, dan tradisi yang sifatnya turun temurun
c. Mores, yaitu hal-hal yang diwajibkan untuk dianut dan diharamkan bila dilanggar.
2. Agama, yaitu nilai-nilai yang tertera dalam ajaran agama, seperti keharusan sembahyang , berbuat baik kepada orang lain, mencintai sesama, memberi derma, dan sebagainya.
3. Peraturan dan perundang-undangan. Dalam pendidikan ada undang-undang dngan penjabarannya pada sejumlah peraturan pemerintah dan perundang-undangan yang lebih operasional lainnya.
4. Pengetahuan. seperti kita ketahui maksud dikembangkannya pengetahuan adalah untuk meningkatkan hidup dan kehidupan manusia

   Dari uraian tentang sosiologi atau sosiologi pendidikan di atas dapat disarikan sebagai berikut:
1.   Sosiologi menunjukkan pentingnya kegiatan sosialisasi anak-anak dalam pendidikan
2. Memberikan bantuan dalam usaha menganalisis proses sosialisasi anak-anak. Seperti konsep tentang interaksi sosial,kontak sosial, komunikasi, bentuk interaksi sosial, dan sebagainya
3. Kelompok sosial dan lembaga masyarakat dengan berbagai bentuknya, termasuk sekolah
4. Dinamika kelompok, yang sudah tentu berlaku juga dalam dunia pendidikan
5. Konsep-konsep untuk mengembangkan kelompok sosial dan lembaga-lembaga masyarakat
6. Nilai-nilai yang ada di masyarakat serta keharusan sekolah untuk mengembangkan aspek itu pada diri anak-anak
7. Peranan pendidikan dalam masyarakat
8. Dukungan masyarakat terhadap pendidikan

B. Kebudayaan dan Pendidikan
            Kebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran Manan,1989). Kebudayaan produk perseorangan ini tidak disetujui Hassan (1983). Ia mengemukakan bahwa kebudayan adalah keseluruhan hasil manusia hidup bermasyarakat yang berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan lain-lain kepandaian.
Sedangkan Kneller menyatakan kebudayaan adalah cara hidup yang telah dikembangkan oleh angota-anggota masyarakat (Imran Manan,1989)
            Kebudayaan akan berubah terus sejalan dengan perkembangan zaman, percepatan perkembangan ilmu dan teknologi, serta perkembangan kepandaian manusia. Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. pendidikan dan kebudayaan mempunyai pengaruh timbal balik. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan. Disini tampak bahwa peranan pendidikan dalam mengembangkan kebudayaan adalah sangat besar. Pendidikan adalah enkulturisasi (Imran Manan,1989). Pendidikan adalah suatu proses membuat orang kemasukan budaya, membuat orang berperilaku mengikuti budaya yang memasuki dirinya. Enkulturisasi ini terjadi dimana-mana, disetiap , disetiap tempat hidup seseorang dan setiap waktu. Dari sinilah muncul pengertian kurikulum yang sangat luas, yaitu semua lingkungan tempat hidup manusia. sebab dimanapun orang berada disitulah terjadi proses pendidikan, disitu terjadi enkulturisasi. Sekolah adalah salah satu dari tempat enkulturisasi, tempat lain adalah dalam keluarga, dalam perkumpulan pemuda, perkumpulan olahraga, kesenian, keagamaan, di tempat-tempat kursus dan latihan , dan sebagainya.

C. Masyarakat dan Sekolah
            Asal mula munculnya sekolah adalah atas dasar anggapan dan kenyataan bahwa pada umumnya para orang tua tidak mampu mendidik anak mereka secara sempurna dan lengkap. Lembaga pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat itu sendiri. Lembaga pendidikan ada di masyarakat, hidup bersama-sama dengan warga masyarakat. Antara masyarakat dan sekolah saling membutuhkan.Masyarakat membutuhkan agar para siswa dan para remaja dibina di sekolah, sebaliknya sekolah membutuhkan agar masyarakat membantu kelancaran proses belajar di sekolah dengan memberikan berbagai macam fasilitas.
            Antara lembaga pendidikan dengan masyarakat terjadi hubungan timbal balik. Pendidikan atau sekolah memberi manfaat kepada masyarakat begitupula masyarakat memberikan dukungannya kepada sekolah. Hubungan seperti itu jelas menguntungkan kedua belah pihak. Wuradji (1988) juga menulis tentang sekolah sebagai kontrol sosial dan perubah sosial. sebagai kontrol antara lain dengan memperbaiki kebiasaan-kebiasaan jelek anak-anak di rumah dan di masyarakat. Dan sebagai perubah sosial antara lain dengan menyeleksi nilai-nilai, menghasilkan warga negara yang baik, menciptakan ilmu dan teknologi baru.
Dari pendapat beberapa ahli,manfaat sekolah atau pendidikan bagi masyarakat dalah sebagai berikut:
1. Pendidikan sebagai transmisi budaya dan pelestari budaya
2. Sekolah sebagai pusat budaya bagi masyarakat sekitarnya
3. Sekolah mengembangkan kepribadian anak


Kepustakaan :
Made,  Pidarta,  Prof.  Dr.  2000.  Landasan  Kependidikan  Stimulus  Ilmu  Pendidikan
Bercorak Indonesia, Rineka Cipta : Jakarta.  

           
Rabu, 19 Oktober 2011 | 0 komentar |

0 komentar:

Posting Komentar